Setelah dua dekade berlalu, pemerintah Indonesia akhirnya membuka kembali izin ekspor pasir laut melalui sebuah peraturan menteri. Langkah ini memicu banyak perdebatan dan kekhawatiran mengenai dampaknya terhadap lingkungan dan masyarakat pesisir.

Mengapa Ekspor Pasir Laut Diizinkan Kembali?

Terdapat beberapa alasan yang mendasari keputusan ini. Presiden Jokowi berpendapat bahwa kegiatan ekspor pasir laut ini tidak akan merusak alam, bahkan dinilai mampu memperbaiki ekosistem laut yang ada. Di sisi lain, Menteri Luhut Binsar Pandjaitan juga mendukung kebijakan ini, menyebutnya sebagai langkah yang bermanfaat dan dapat mendukung pertumbuhan ekonomi Indonesia. 

Namun, timbul pertanyaan: apakah benar kegiatan ini tidak merusak lingkungan dan justru akan memperbaiki ekosistem laut Indonesia? Keraguan ini semakin diperkuat oleh bukti-bukti dari masa lalu yang menunjukkan dampak negatif ekspor pasir laut.

Dampak Aktivitas Ekspor Pasir Laut Terhadap Ekosistem dan Nelayan

Faktanya, ekspor pasir laut berdampak buruk bagi ekosistem pesisir dan kehidupan nelayan. Penambangan pasir laut bisa menyebabkan erosi pantai yang parah, memicu tenggelamnya pulau-pulau kecil, dan mengubah arus laut. Perubahan ini mengganggu migrasi ikan, yang pada akhirnya merugikan nelayan dengan menurunkan hasil tangkapan mereka. Dampak tersebut membuktikan bahwa kegiatan ini menimbulkan ancaman serius terhadap keberlanjutan ekosistem laut dan mata pencaharian nelayan.

Sejarah Ekspor Pasir Laut ke Singapura dan Kasus Pulau Nipa

Jika kita melihat sejarah, ekspor pasir laut pernah merugikan Indonesia secara signifikan. Salah satu contohnya adalah kerusakan yang dialami Pulau Nipa, yang hampir tenggelam akibat abrasi. Pada puncaknya, Indonesia kehilangan sekitar 540 juta dollar Singapura, atau setara dengan Rp 2,7 triliun per tahun akibat masifnya ekspor pasir laut ke Singapura. Kerugian lingkungan ini memperkuat kesimpulan bahwa kegiatan ekspor pasir laut lebih banyak membawa dampak negatif bagi ekosistem dan tidak sebanding dengan manfaat ekonomi yang dihasilkan.

Apakah Ekspor Pasir Laut Benar-Benar Menguntungkan?

Meskipun diklaim bermanfaat bagi perekonomian, nyatanya, manfaat yang dihasilkan dari ekspor pasir laut bersifat jangka pendek. Di sisi lain, dampak sosial dan lingkungan yang ditimbulkan justru akan terasa dalam jangka panjang. Biaya pemulihan ekosistem yang rusak akibat penambangan pasir laut jauh lebih besar dibandingkan dengan keuntungan yang dihasilkan. 

Kasus di Kepulauan Riau, di mana pasirnya ditambang dan diekspor ke Singapura, adalah contoh nyata. Hingga saat ini, stok sumber daya ikan dan kondisi ekosistem di wilayah tersebut belum sepenuhnya pulih. Hal ini semakin memperjelas bahwa keuntungan jangka pendek dari ekspor pasir laut tidak sebanding dengan kerugian yang ditimbulkan.

Dampak Ekonomi pada Nelayan dan Masyarakat Pesisir

Selain merusak ekosistem, kegiatan ekspor pasir laut juga menimbulkan masalah ekonomi bagi nelayan dan masyarakat pesisir. Hilangnya fishing ground, spawning ground, dan nursery ground akibat perubahan pola arus laut memaksa nelayan untuk melaut lebih jauh dengan biaya operasional yang lebih tinggi. Nelayan yang terdampak harus mengeluarkan biaya lebih banyak untuk bahan bakar, sementara stok ikan terus menurun di perairan yang dikeruk.

Problematika Implementasi Peraturan Ekspor Pasir Laut

Peraturan yang mengatur ekspor pasir laut juga dianggap problematik. Ketidakjelasan peraturan dan kurangnya prinsip keadilan ekologis menjadi sorotan. Selain itu, peraturan ini dianggap bertentangan dengan Pasal 28 H ayat (1) UUD 1945, yang menjamin hak atas lingkungan hidup yang sehat, serta Pasal 65 UU No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Faktanya, kegiatan ekspor pasir laut lebih banyak merusak lingkungan daripada memperbaikinya.

Siapa yang Bertanggung Jawab?

Dengan semua dampak negatif yang telah disebutkan, muncul pertanyaan besar: siapa yang harus bertanggung jawab atas kerusakan yang ditimbulkan oleh kegiatan ekspor pasir laut ini? Apakah kebijakan ini akan terus berlanjut, atau akan ada langkah untuk menghentikannya demi melindungi lingkungan dan masyarakat pesisir?

Saran bacaan artikel lainnya: Keran Ekspor Pasir Laut, Walhi: Kerugiannya Tak Sebanding dengan Untung yang Didapat (kontan.co.id)